Untuk
mencetak sampai 90% jantan dari 60.000 larva nila cukup memakai 1.200
mg hormon metiltestosteron. Sialnya, hormon sintetis impor itu harganya
mahal, mencapai Rp1,3-juta/g. Kendala utama para pembibit itu kini
lenyap setelah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menghasilkan
metiltestosteron dari testis sapi. Selain murah, Rp200.000/100 g, hasil
jantanisasi melampaui angka 90%.
Jantanisasi (sex reversal) pada
Oreochromis sp sudah dilakukan di Pulau Jawa sejak 1998. Meski demikian
tak mudah diterapkan para peternak. Contoh Muchsin, peternak di
Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Sejak belasan tahun
menekuni pembibitan nila, mendapat mayoritas bibit jantan menjadi
halangan besar. -Sulit karena ketersediaan hormon terbatas,- ujarnya.
Bibit jantan disukai peternak karena pertumbuhannya 87-91% lebih cepat
daripada betina. Waktu panen pun lebih singkat, bibit jantan hanya butuh
4 bulan untuk mencapai bobot 450-500 g/ekor; betina, 6 bulan.
Muchsin
bukan tanpa usaha. Selain langka, tingginya harga metiltestosteron
menghambat proses jantanisasi. Maklum, untuk 1.250 larva nila butuh 25
mg metiltestosteron seharga Rp12.500. -Harga itu sebelum krisis moneter
pada 1998. Kini merangkak naik karena impor dari China dan Thailand,-
tambah Muchsin. Oleh karena itu pada 2005 Muchsin mencoba
metiltestosteron buatan BATAN. 'Selain murah, tingkat keberhasilannya
tinggi,' ujar Muchsin yang mengujicobakannya pada 20.000 larva berumur 7
hari.
Uji konsentrasi
Testis sapi yang selama ini menjadi
limbah, ternyata kaya testosteron. Berdasarkan uji radio immuno assay
(RIA) memakai yodium-125, ekstrak jaringan testis sapi mengandung kadar
testosteron lebih tinggi ketimbang mencit, domba, dan kambing.
-Jumlahnya sekitar 30% lebih tinggi daripada domba dan kambing,- kata
Dra Adria PM, peneliti sex reversal dari BATAN. Tingginya konsentrasi
menunjukkan jumlah hormon androgen penghasil sel jantan lebih banyak.
Hormon
metiltestosteron dibuat dengan cara mengiris-iris testis sapi menjadi
kepingan-kepingan kecil seukuran 5 cm. Potongan itu lantas dioven pada
suhu 60o C. Setiap 100 g tepung testis ditambahkan metil alkohol 70%
sebanyak 50% dari total volume.
Hormon yang telah jadi
diaplikasikan dengan cara dipping (rendam, red) dan oral. Namun, menurut
Adria hasil terbaik jantanisasi diperoleh dengan cara perendaman larva
berumur 3-10 hari. Saat itu kelamin jantan dan betina larva belum
terbentuk. Itu pula yang diterapkan Muchsin saat 'mengubah' kelamin
larva umur 7 hari dalam akuarium berukuran 100 cm x 30 cm. Muchsin
mencampur 50 g hormon ke dalam 400/l air selama 18 jam. Larutan
dituangkan ke dalam bak berisi larva. Bak pembenihan berukuran 3 m x 2 m
itu disekat menjadi 5 bagian.
Kelamin ikan sudah dapat
dibedakan secara kasat mata 2-3 minggu kemudian. Jantan bertubuh panjang
dan betina perutnya buncit. 'Hasil yang didapat 95% jantan,' ujar
Muchsin. Agar pertumbuhannya lebih cepat, burayak-burayak itu diberi
pakan berupa campuran pelet dan hormon metiltestosteron. Dosisnya 200 cc
hormon cair diaduk merata untuk 1 kg pelet. Pakan itu diberikan selama 7
hari berturut-turut setiap pagi dan sore. -Bibit sepanjang korek api,
hanya butuh waktu pemeliharaan 2 bulan; umumnya 4 bulan,- kata Muchsin.
Dosis tepat
Sejatinya
jantanisasi bisa dilakukan pada bibit yang agak besar, tidak semata
larva. Itulah yang dicoba Oneng, peternak di Bandung, Jawa Barat, pada
ikan mas. Pakan yang mengandung hormon metiltestosteron diberikan setiap
pagi. Hasilnya, 10.000 bibit ikan ukuran 4 cm dalam kolam 1 m x 1 m itu
sebanyak 70% jantan dan sisanya betina. Bibit ikan umur 3 minggu itu
selanjutnya dipindahkan ke kolam pembesaran berukuran 4 m x 9
m.
Menurut Oneng selain menghasilkan jantan lebih banyak,
pertumbuhan ikan hasil jantanisasi lebih cepat. Oneng mengamati jantan
bukan hasil jantanisasi yang dipelihara, pertumbuhan bobot dan
panjangnya tertinggal 20% dibanding jantan hasil jantanisasi ketika
berumur 4 minggu. 'Perbedaan pertumbuhan terlihat memasuki minggu
ketiga, sedangkan sampai pada minggu kedua relatif sama,' tutur Oneng.
Muhamad
Sulhi, Spi, peneliti di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
(Balitkanwar), Bogor menuturkan, proses jantanisasi pada budidaya ikan
konsumsi sekaligus berefek mempercepat pertumbuhan. -Jantan pada
dasarnya memiliki pertumbuhan lebih cepat ketimbang betina karena nafsu
makannya jauh lebih tinggi. Apalagi bila hasil jantanisasi,- katanya.
Namun, Sulhi memperingatkan, 'Hati-hati penggunaan dosis'. Sebab, jika
dosis berlebih berakibat fatal. Oneng contohnya. Gara-gara pakan
campuran metiltestosteron dan pelet diberikan pagi dan sore, 300 ikan
mas ukuran 4 cm mati. 'Cukup 1 kali sehari: pagi saja,' lanjutnya.
Menurut
Adria kematian bibit saat proses sex reversal juga sering terjadi
lantaran ikan stres. Jika menggunakan metiltestosteron impor, tingkat
kematian larva mencapai 50%; hormon testis sapi hanya 20%. 'Itu karena
metiltestosteron dari testis sapi bersifat alami,' kata alumnus Fakultas
Biologi Universitas Nasional di Jakarta Selatan itu. Metiltestosteron
dari testis sapi pun bebas residu, sehingga ketika ikan dikonsumsi nanti
tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. (Lastioro Anmi Tambunan)
Sumber : Majalah Trubus 2008
brapa harganya pak
BalasHapusjual larva lele @7rp/ekor widodo sukoharjo solo
BalasHapus081904752217XL
085291272817AS